Minggu, 26 Mei 2013

5 Tempat Mustajab untuk Berdoa


Kesempatan pergi haji tentu tidak disia-siakan bagi para jamaah calon haji, terutama untuk berdoa sebanyak-banyaknya di tanah suci. Selain berdoa untuk diri sendiri, biasanya para jamaah calon haji juga dititipi doa oleh keluarga, kerabat, dan rekan-rekan di tanah air. Kenapa? Karena berdoa di tempat-tempat tertentu di tanah suci diyakini akan dikabulkan oleh Allah.  Berikut ini ada 5 tempat mustajab di Mekkah dan Madinah yang merupakan tempat favorit dan mustajab bagi para jamaah calon haji dan umroh untuk memanjatkan doa.











Sebagai muslim, pasti mas/jeng pernah mendengar tentang waktu-waktu yang paling baik untuk berdoa, karena waktu itulah saat di mana permohonan doa akan lebih utama untuk dikabulkan, misalnya pada sepertiga malam, antara adzan dan iqomah, dll.
Tak hanya pada waktu-waktu tertentu, ternyata terdapat pula tempat-tempat yang mustajab untuk berdoa. Tempat ini terletak pada dua kota suci di dunia, tak lain yaitu Mekah dan Madinah. Karena begitu tingginya keutamaan tesebut, banyak orang yang direkomendasikan untuk berdoa di tempat ini dengan harapan doanya bisa dikabulkan. Nah, mana saja tempat-tempat mustajab untuk berdoa? Berikut penjelasannya.
1. Multazam
“Multazam adalah tempat dikabulkannya doa. Tidak ada satu pun doa seorang hamba di Multazam kecuali akan dikabulkan.” (HR. Ahmad)
Multazam terletak mulai dari Hajar Aswad hingga pintu Ka’bah (lihat Gambar 1). Terdapat perbedaan pendapat yang menerangkan bahwa doa yang dipanjatkan sebaiknya dilakukan serta dengan wajah, lengan, dan dada ditempelkan pada multazam. Pendapat lainnya adalah mustajabnya doa sudah dapat diperoleh apabila doa dipanjatkan sejajar dengan multazam tanpa perlu menyentuhnya.

Gambar 1
2. Hijr Ismail
Hijr Ismail merupakan bagian dari Ka’bah, berbentuk setengah lingkaran yang berada di sisi kiri dari pintu Ka’bah (lihat Gambar 2). Dinamakan Hijr Ismail karena tempat ini pernah menjadi tempat berteduh Siti Hajar dan anaknya, Nabi Ismail as.
Pada titik inti dari Hijr Ismail, di atasnya terdapat talang emas Ka’bah yang (konon) di bawah talang emas inilah tempat paling mustajabnya doa dari titik-titik lain di dalam Hijr Ismail. Disunnatkan bagi muslim untuk shalat sunnat 2 rakaat di Hijr Ismail. Perlu ditekankan bahwa ibadah shalat ini tidak termasuk dalam rukun atau syarat umroh/haji.

Gambar 2
3. Hajar Aswad
Siapa yang tak pernah mendengar Hajar Aswad? Hajar Aswad merupakan batu terakhir pemberian malaikat Jibril yang kemudian diletakkan oleh Nabi Ibrahim untuk menyelesaikan pembangunan Ka’bah.
Hajar Aswad terletak di sebelah kiri pintu Ka’bah (lihat Gambar 1). Berdoa sembari mencium Hajar Aswad merupakan doa yang sangat mustajab untuk dikabulkan. Konon, batu ini berwarna putih bersih. Namun, akibat banyaknya umat muslim yang menyentuhnya maka ia berubah menjadi hitam. Hajar Aswad pun pernah dicuri dan jatuh hingga pecah berkeping-keping. Oleh karena itu, Hajar Aswad yang saat ini tertanam di Ka’bah bukanlah sepenuhnya merupakan Hajar Aswad. Hanya beberapa titik batuan yang mengandung Hajar Aswad karena ia sudah dicampur dengan batuan lain. Maka cermatlah bagi yang ingin menciumnya. Pastikan bahwa ia benar-benar Hajar Aswad, bukan batuan lain.

4. Rukun Yamani
“Ada 70 malaikat yang memegang rukun Yamani. Barangsiapa berdoa, ‘Ya Allah, berilah aku ampunan dan kesehatan di dalam agama, dunia, dan akhirat. Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan jauhkanlah diri kami dari siksa api neraka’ maka 70 malaikat tersebut akan berkata, ‘Amin, kabulkanlah doanya’.” (HR. Ibnu Majah)
Dapat dilihat bahwa hadits di atas mengandung ‘Doa Sapu Jagat’. Doa inilah yang dibaca ketika muslim sedang melakukan tawaf di antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad.
Rukun Yamani itu sendiri merupakan sudut (lihat Gambar 3) sebelum muslim mencapai Hajar Aswad jika sedang melakukan tawaf.

Gambar 3
5. Raudhah
Raudhah memiliki arti ‘taman’. Jika empat tempat di atas terletak di Mekah, tempat yang satu ini terletak di Madinah, tepatnya di dalam Masjid Nabawi. Raudhah merupakan sebuah area kecil yang terletak di antara mimbar imam Masjid Nabawi dengan makam Nabi Muhammad saw, Abu Bakar As siddiq, dan Umar bin Khatab.
Di dalam raudhah, muslim sebaiknya melaksanakan shalat sunnat sejumlah empat 4 rakaat kemudian berdoa. Untuk jemaat laki-laki, raudhah dibuka 24 jam sehingga melaksanakan shalat wajib berjamaah pun dapat dilakukan di sini. Sedangkan untuk jemaat perempuan hanya dibuka pada waktu-waktu tertentu (ba’da shalat subuh-pukul 11.00, ba’da dzuhur-masuk shalat ashar, ba’da isya-pukul 00.00).
Nah itu tadi lima tempat mustajab untuk berdoa yang terletak di kota suci. Semoga mas/jeng dan tentunya penulis dapat diberi kesempatan untuk mengunjungi tempat-tempat tersebut dalam sisa umur ini. Amin.
InsyaAllah Tgl 1 Dzulhijjah 1433 H jatuh pd Rabu, 17 Okt 2012. Hari Raya Idul Adha jatuh hr Jumat, 26 Okt 2012.
Puasa Arafah jth pd kamis 25 Okt 2012. Semangat beramal sholih di awal Dzulhijjah (sm/

Jumat, 10 Mei 2013

[ Mukjizat Al-Quran: Rahasia di Balik Sidik Jari ]


“Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan kembali tulang-belulangnya? Bukan demikian, sebenarnya Kaami kuasa menyusun kembali jari-jemarinya dengan sempurna.” (Al-Qiyaamah: 3—4)

Alqur’an telah menyebutkan sebuah fakta ilmiah baru yang dianggap sebagai mukjizat ilmu pengetahuan setelah timbulnya reformasi dalam penyidikan kriminal. Kemajuan ini dapat dikatakan tiada bandingannya. Pasalnya, ilmu kedokteran modern mengungkap rahasia sidik jari yang tidak akan mungkin terjadi kesamaan di antara satu jari dengan jari yang lainnya, meskipun dari satu tangan.

Dari sinilah letak mukjizat Al Qur’an yang sangat spektakuler. Mengapa Allah memprioritaskan ujung jari manusia bukan anggota tubuh lainnya? Sebabnya adalah anggota tubuh seperti mata, hidung, telinga, dan lain-lain bisa saja sama di antara seseorang dengan yang lainnya. Namun, tidak pada sidik jari. Sidik jari memiliki suatu ciri khusus yang tidak serupa dan tidak saling mendekati antara satu dengan yang lainnya.
Ciri khusus tersebut belum pernah ditemukan kecuali pada abad kemarin, atau kira-kira dua belas setengah abad setelah Al Qur’anul Karim diturunkan. Ilmu pengetahuan modern menemukan bahwa pada kulit atas di ujung-ujung jari terdapat beberapa lipatan dan tonjolan. Pada lipatan dan tonjolan ini terdapat lubang mikroskopis. Yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Lubang ini akan berakhir pada saluran kelenjar keringat yang berada di bawah kulit.

Dari segi anatomi, penelitian terhadap jari-jari tangan menunjukkan bahwa sesungguhnya Allah telah menyediakan bagi manusia kemampuan untuk menggunakan persendian jari-jarinya dan menggerakkannya dengan perantara otot-otot yang dapat dikontrol dengan teliti dan keakuratannya maksimal. Karena, sesungguhnya Allah telah menciptakan untuk manusia sebuah jaringan saraf perasa yang halus. Selanjutnya, hal tersebut memberinya pengetahuan yang akurat mengenai apa yang ia raba dari rasa panas atau dingin, kasar atau halus, keras atau lunak, dan lurus atau bengkok. Dari sini maka indera peraba merupakan salah satu nikmat Allah yang terbesar dari indera-indera lainnya.
Sidik jari mulai terbentuk pada saat kita masih berupa embrio dalam perut ibu kita. Tepatnya mulai dari 13 sampai 17 minggu sejak kehamilan dengan cara yang belum diketahui oleh ilmu pengetahuan modern. Oleh karena itu, Allah menentang orang-orang kafir yang mengingkari kekuasaan Allah yang dapat menciptakan ujung-ujung jari. Pasalnya, jari-jemari merupakan karakteristik individu manusia yang paling istimewa melebihi bentuk wajah yang juga berbeda-beda.

Ilmu pengetahuan modern dalam seminar kedua tentang Studi Pelacakan Identitas Pribadi dan Jejak di Paris 6 Juni 1981 menegaskan setelah terkumpulnya beberapa data, bahwa sama sekali tidak terdapat persamaan di antara satu sidik jari dengan sidik jari lainnya. Karena ketika kira-kira 80.000 sidik jari dibandingkan setiap hari di dunia ini, maka sama sekali belum didapatkan persamaan di antaranya. Teori matematika menetapkan bahwa kemungkinan tersebut tidak terdapat di antara 17 miliyar manusia.

Dari sini jelaslah kekuasaan Allah dengan adanya fenomena yang menakjubkan pada ujung-ujung jari kita. Yakni sidik-sidik jari berbeda-beda pada setiap manusia dan tidak ada persamaan antar dua anak Adam. Perbedaan sidik jari di antara seseorang dan yang lainnya merupakan salah satu mukjizat di antara dalil-dalil dan mukjizat Allah yang diindikasikan oleh ayat-ayat Al Qu’ran di atas.

Minggu, 05 Mei 2013

"Kisah Wanita Yang Selalu Berbicara Dengan Al-Qur’an"



Bismilahirrahmanirrahim Walhamdulillah Wassholatu Wassalamu`Ala Rasulillah,Wa’ala Aalihii Washohbihii Waman Waalah amma ba’du…

Berkata Abdullah bin Mubarak Rahimahullahu Ta’ala :


Saya berangkat menunaikan Haji ke Baitullah Al-Haram, lalu berziarah ke makam Rasulullah sallAllahu ‘alayhi wasallam. Ketika saya berada disuatu sudut jalan, tiba-tiba saya melihat sesosok tubuh berpakaian yang dibuat dari bulu. Ia adalah seorang ibu yang sudah tua. Saya berhenti sejenak seraya mengucapkan salam untuknya.Terjadilah dialog dengannya beberapa saat.


Dalam dialog tersebut wanita tua itu , setiap kali menjawab pertanyaan Abdulah bin Mubarak, dijawab dengan menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an. Walaupun jawabannya tidak tepat sekali, akan tetapi cukup memuaskan, karena tidak terlepas dari konteks pertanyaan yang diajukan kepadanya.


Abdullah : “Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.” Wanita tua : “Salaamun qoulan min robbi rohiim.” (QS. Yaasin : 58) (”Salam sebagai ucapan dari Tuhan maha kasih”)


Abdullah : “Semoga Allah merahmati anda, mengapa anda berada di tempat ini?” Wanita tua : “Wa man yudhlilillahu fa la hadiyalahu.” (QS : Al-A’raf : 186 ) (”Barang siapa disesatkan Allah, maka tiada petunjuk baginya”)


Dengan jawaban ini, maka tahulah saya, bahwa ia tersesat jalan.


Abdullah : “Kemana anda hendak pergi?” Wanita tua : “Subhanalladzi asra bi ‘abdihi lailan minal masjidil haraami ilal masjidil aqsa.” (QS. Al-Isra’ : 1) (”Maha suci Allah yang telah menjalankan hambanya di waktu malam dari masjid haram ke masjid aqsa”)


Dengan jawaban ini saya jadi mengerti bahwa ia sedang mengerjakan haji dan hendak menuju ke masjidil Aqsa.


Abdullah : “Sudah berapa lama anda berada di sini?” Wanita tua : “Tsalatsa layaalin sawiyya” (QS. Maryam : 10) (”Selama tiga malam dalam keadaan sehat”)


Abdullah : “Apa yang anda makan selama dalam perjalanan?” Wanita tua : “Huwa yut’imuni wa yasqiin.” (QS. As-syu’ara’ : 79) (”Dialah pemberi aku makan dan minum”)


Abdullah : “Dengan apa anda melakukan wudhu?” Wanita tua : “Fa in lam tajidu maa-an fatayammamu sha’idan thoyyiban” (QS. Al-Maidah : 6) (”Bila tidak ada air bertayamum dengan tanah yang bersih”)


Abdulah : “Saya mempunyai sedikit makanan, apakah anda mau menikmatinya?” Wanita tua : “Tsumma atimmus shiyaama ilallaiil.” (QS. Al-Baqarah : 187) (”Kemudian sempurnakanlah puasamu sampai malam”)


Abdullah : “Sekarang bukan bulan Ramadhan, mengapa anda berpuasa?” Wanita tua : “Wa man tathawwa’a khairon fa innallaaha syaakirun ‘aliim.” (QS. Al-Baqarah : 158) (”Barang siapa melakukan sunnah lebih baik”)


Abdullah : “Bukankah diperbolehkan berbuka ketika musafir?” Wanita tua : “Wa an tashuumuu khoirun lakum in kuntum ta’lamuun.” (QS. Al-Baqarah : 184) (”Dan jika kamu puasa itu lebih utama, jika kamu mengetahui”)


Abdullah : “Mengapa anda tidak menjawab sesuai dengan pertanyaan saya?” Wanita tua : “Maa yalfidhu min qoulin illa ladaihi roqiibun ‘atiid.” (QS. Qaf : 18) (”Tiada satu ucapan yang diucapkan, kecuali padanya ada Raqib Atid”)


Abdullah : “Anda termasuk jenis manusia yang manakah, hingga bersikap seperti itu?” Wanita tua : “Wa la taqfu ma laisa bihi ilmun. Inna sam’a wal bashoro wal fuaada, kullu ulaaika kaana ‘anhu mas’ula.” (QS. Al-Isra’ : 36) (”Jangan kamu ikuti apa yang tidak kamu ketahui, karena pendengaran, penglihatan dan hati, semua akan dipertanggung jawabkan”)


Abdullah : “Saya telah berbuat salah, maafkan saya.” Wanita tua : “Laa tastriiba ‘alaikumul yauum, yaghfirullahu lakum.” (QS.Yusuf : 92) (”Pada hari ini tidak ada cercaan untuk kamu, Allah telah mengampuni kamu”)


Abdullah : “Bolehkah saya mengangkatmu untuk naik ke atas untaku ini untuk melanjutkan perjalanan, karena anda akan menjumpai kafilah yang di depan.” Wanita tua : “Wa maa taf’alu min khoirin ya’lamhullah.” (QS Al-Baqoroh : 197) (”Barang siapa mengerjakan suatu kebaikan, Allah mengetahuinya”)


Lalu wanita tua ini berpaling dari untaku, sambil berkata :


Wanita tua : “Qul lil mu’miniina yaghdudhu min abshoorihim.” (QS. An-Nur : 30) (”Katakanlah pada orang-orang mukminin tundukkan pandangan mereka”)


Maka saya pun memejamkan pandangan saya, sambil mempersilahkan ia mengendarai untaku. Tetapi tiba-tiba terdengar sobekan pakaiannya, karena unta itu terlalu tinggi baginya. Wanita itu berucap :


Wanita tua : “Wa maa ashobakum min mushibatin fa bimaa kasabat aidiikum.” (QS. Asy-Syura’ 30) (”Apa saja yang menimpa kamu disebabkan perbuatanmu sendiri”)


Abdullah : “Sabarlah sebentar, saya akan mengikatnya terlebih dahulu.” Wanita tua : “Fa fahhamnaaha sulaiman.” (QS. Anbiya’ 79) (”Maka kami telah memberi pemahaman pada nabi Sulaiman”)


Selesai mengikat unta itu sayapun mempersilahkan wanita tua itu naik.


Abdullah : “Silahkan naik sekarang.” Wanita tua : “Subhaanalladzi sakhkhoro lana hadza wa ma kunna lahu muqriniin, wa inna ila robbinaa munqolibuun.” (QS. Az-Zukhruf : 13-14) (”Maha suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini pada kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. Sesungguhnya kami akan kembali pada tuhan kami”)


Sayapun segera memegang tali unta itu dan melarikannya dengan sangat kencang. Wanita itu berkata :


Wanita tua : “Waqshid fi masyika waghdud min shoutik” (QS. Lukman : 19) (”Sederhanakan jalanmu dan lunakkanlah suaramu”)


Lalu jalannya unta itu saya perlambat, sambil mendendangkan beberapa syair, Wanita tua itu berucap :


Wanita tua : “Faqraa-u maa tayassara minal qur’aan” (QS. Al- Muzammil : 20) (”Bacalah apa-apa yang mudah dari Al-Qur’an”)


Abdullah : “Sungguh anda telah diberi kebaikan yang banyak.” Wanita tua : “Wa maa yadzdzakkaru illa uulul albaab.” (QS Al-Baqoroh : 269) (”Dan tidaklah mengingat Allah itu kecuali orang yang berilmu”)


Dalam perjalanan itu saya bertanya kepadanya.


Abdullah : “Apakah anda mempunyai suami?” Wanita tua : “Laa tas-alu ‘an asy ya-a in tubda lakum tasu’kum” (QS. Al-Maidah : 101) (”Jangan kamu menanyakan sesuatu, jika itu akan menyusahkanmu”)


Ketika berjumpa dengan kafilah di depan kami, saya bertanya kepadanya.


Abdullah : “Adakah orang anda berada dalam kafilah itu?” Wanita tua : “Al-maalu wal banuuna zinatul hayatid dunya.” (QS. Al-Kahfi : 46) (”Adapun harta dan anak-anak adalah perhiasan hidup di dunia”)


Baru saya mengerti bahwa ia juga mempunyai anak.


Abdullah : “Bagaimana keadaan mereka dalam perjalanan ini?” Wanita tua : “Wa alaamatin wabin najmi hum yahtaduun” (QS. An-Nahl : 16) (”Dengan tanda bintang-bintang mereka mengetahui petunjuk”)


Dari jawaban ini dapat saya fahami bahwa mereka datang mengerjakan ibadah haji mengikuti beberapa petunjuk. Kemudian bersama wanita tua ini saya menuju perkemahan.


Abdullah : “Adakah orang yang akan kenal atau keluarga dalam kemah ini?” Wanita tua : “Wattakhodzallahu ibrohima khalilan” (QS. An-Nisa’ : 125) (”Kami jadikan ibrahim itu sebagai yang dikasihi”)


“Wakallamahu musa takliima” (QS. An-Nisa’ : 146) (”Dan Allah berkata-kata kepada Musa”)


“Ya yahya khudil kitaaba biquwwah” (QS. Maryam : 12) (”Wahai Yahya pelajarilah alkitab itu sungguh-sungguh”)


Lalu saya memanggil nama-nama, ya Ibrahim, ya Musa, ya Yahya, maka keluarlah anak-anak muda yang bernama tersebut. Wajah mereka tampan dan ceria, seperti bulan yang baru muncul. Setelah tiga anak ini datang dan duduk dengan tenang maka berkatalah wanita itu.


Wanita tua : “Fab’atsu ahadaku bi warikikum hadzihi ilal madiinati falyandzur ayyuha azkaa tho’aaman fal ya’tikum bi rizkin minhu.” (QS. Al-Kahfi : 19) (”Maka suruhlah salah seorang dari kamu pergi ke kota dengan membawa uang perak ini, dan carilah makanan yang lebih baik agar ia membawa makanan itu untukmu”)


Maka salah seorang dari tiga anak ini pergi untuk membeli makanan, lalu menghidangkan di hadapanku, lalu perempuan tua itu berkata :


Wanita tua : “Kuluu wasyrobuu hanii’an bima aslaftum fil ayyamil kholiyah” (QS. Al-Haqqah : 24) (”Makan dan minumlah kamu dengan sedap, sebab amal-amal yang telah kamu kerjakan di hari-hari yang telah lalu”)


Abdullah : “Makanlah kalian semuanya makanan ini. Aku belum akan memakannya sebelum kalian mengatakan padaku siapakah perempuan ini sebenarnya.”


Ketiga anak muda ini secara serempak berkata : “Beliau adalah orang tua kami. Selama empat puluh tahun beliau hanya berbicara mempergunakan ayat-ayat Al-Qur’an, karena kuatir salah bicara.”


Maha suci zat yang maha kuasa terhadap sesuatu yang dikehendakinya. Akhirnya saya pun berucap :


“Fadhluhu yu’tihi man yasyaa’ Wallaahu dzul fadhlil adhiim.” (QS. Al-Hadid : 21) (”Karunia ALLAH yang diberikan kepada orang yang dikehendakinya,ALLAH adalah pemberi karunia yang besar”)


[Diambil dari kitab karya: Sayyid Abubakar bin Muhammad Syatha, hal. 161-168]



Wallahù'alam bíshawab Wabíllahí taùfík walhídayah,


Wa'alaikum Salam Warahmatullahi Wabarakatuh.