Senin, 26 Agustus 2013

Menteri Mesir Akan Bubarkan Organisasi Ikhwanul Muslimin

Demonstran Ikhwanul Muslimin menggelar aksi demonstrasi menentang penggulingan Presiden Muhammad Mursi di halaman Masjid Rabaa Al Adawiya, Kairo, Mesir.

Perdana Menteri Mesir Hazem el-Beblawi menyatakan akan membubarkan secara resmi Ikhwanul Muslimin. Ia menyatakan, usulan tersebut sedang sedang dipelajari oleh pemerintah. 

Juru bicara pemerintah Mesir, Sherif Shwaky, Sabtu, mengatakan, Beblawi telah membuat proposal kepada menteri urusan sosial --kementerian yang bertanggung jawab untuk perizinan organisasi non-pemerintah. 

"Hal ini sedang dipelajari saat ini," kata dia.

Pihak berwenang Mesir sebelumnya menyatakan telah menangkap 1.004 anggota Ikhwanul Muslimin selama protes nasional pada Jumat. 

Kementerian Dalam Negeri mengatakan para anggota Ikhwanul telah melakukan tindakan-tindakan terorisme selama demonstrasi.

Ratusan orang tewas dan ribuan orang cedera, Rabu (14/8), ketika polisi menyerbu dua kamp protes para pendukung Mursi di Kairo yang didirikan untuk mengutuk penggulingan yang dilakukan militer terhadap presiden pertama yang dipilih secara demookratis pada 3 Juli dan menuntut pemulihan kekuasaannya.

Kementerian Kesehatan menyebut jumlah korban tewas 578 orang. Ikhwanul Muslimin mengatakan jumlah korban jiwa jauh lebih banyak dari itu.

Ikhwanul Muslimin menyerukan unjuk rasa di seluruh negara itu bagi jutaan orang untuk melampiaskan kemarahan atas tindakan keras dan kejam pasukan keamanan terhadap kelompok Islam itu.

Setelah para pemrotes membakar satu kantor pemerintah di Kairo, Kamis, pihak berwenang mengatakan pasukan keamanan akan menembak siapapun yang menyerang polisi atau institusi-institusi publik.

Pertumpahan darah pada Rabu itu adalah pembunuhan massal ketiga terhadap para pendukung Mursi sejak ia digulingkan oleh militer. Serangan itu menyebabkan Ikhwanul Muslimin berantakan, tetapi organisasi tersebut mengatakan tidak akan mundur dalam pertikaian dengan Panglima Militer Jenderal Abdel Fattah As-Sisi

Minggu, 18 Agustus 2013

Pembantaian Mesir lebih kejam dari bom Bali

Pembantaian Mesir lebih kejam dari bom Bali - DPR RI: Parlemen negara anggota OKI harus nyatakan sikap - Jejak kekerasan di Mesir saat militer membantai para demonstran 

Pembantaian para demonstran pendukung Mohammed Morsi yang dilakukan militer Mesir dinilai lebih kejam dan lebih sadis dibanding peledakan bom Bali.
Penilaian itu dilontarkan Ketua DPR RI, Marzuki Alie menyikapi kondisi Mesir terkini. Menurut Marzuki, Hak Asasi Manusia (HAM) di Mesir sudah tidak dianggap. Bahkan telah dibunuh bersamaan ribuan korban jiwa yang melayang.
“Suara masyarakat sipil tidak diperdengarkan, suara masyarakat itu justru dimatikan. Jadi, Hak Asasi Manusia itu tidak dihargai sama sekali. Saya meminta kepada sesama negara anggota OKI, khususnya dari sisi parlemen untuk berkumpul menyatakan sikap bersama terhadap apa yang terjadi di Mesir,” ujarnya di gedung DPR, Kamis (15/08/2013).
Marzuki menyentil Amerika dan negara koleganya sebagai negara yang mengklaim paling demokratis untuk terlibat aktif memecahkan dan mencari jalan keluar atas kisruh yang menelan ribuan korban manusia yang sengaja dilakukan oleh rezim penguasa yang menurutnya lebih sadis dari kasus bom Bali.
“Ini kejahatan yang dengan jelas dilakukan oleh penguasa. Sudah ribuan nyawa manusia melayang dan ini lebih sadis dari bom Bali. Kita berharap kepada negara-negara besar yang selama ini menggaungkan demokrasi Hak Asasi Manusia juga ikut bersuara dan berbuat agar kejadian pembantaian ini tidak terjadi lagi ke depannya,” tegasnya.
“Saya sebagai bagian dari parlemen OKI meminta melakukan sidang darurat parlemen OKI untuk menyikapi yang terjadi di Mesir ini,” pungkasnya.@firdausi